Tuhan
tersenyum saat aku menangis
Matahari
begitu terik, aku menepi bersama motor “bebek” ku. Duduk di bawah rindangnya
pohon. Berkali-kali kutelan tenggorokanku yang kering. Sebuah undangan
pernikahan yang ternyata ada di tas pun akhirnya kupakai untuk mengusir gerah. Kugoyangkan
bolak-balik tepat di depan wajahku.
Aku
tak peduli jika orang-orang yang berlalu lalang mungkin menatapku aneh. Aku bingung,
sedih, galau, pusing, hampir putus asa. Sudah tiga bulan menganggur. Padahal sudah
lebih dari sekodi lamaran kusebar. Tapi, nihil. Sempat dipanggil interview di
sebuah tempat distributor. Tapi ternyata temanku lebih beruntung. Dia yang
diterima kerja. “Kau…harusnya memilih aku…” itu lagu yang sempat aku nyanyikan
dalam hati saat gagal
Sempat juga
mendapat panggilan oleh sebuah radio. Panggilan pertama hanya test voice. Kira-kira
layak kah suara merduku masuk dapur siaran? Sempat sangat berharap aku
lolos, karena kesan pertama masuk ruang siaran aku sangat excited. Tapi setelah
menunggu dua minggu aku tak juga mendapat kabar panggilan. Well. It’s mean aku
gagal (lagi).
Kulupakan sejenak
kegagalan itu ketika tiba-tiba nada BBM berdering di handphoneku. PING...klung...klung…kurang
lebih seperti itu bunyinya. Sejenak aku terdiam, tak lama senyum merekah
dibibirku. Alhamdulillah…aku baru saja mendapat kabar dari seorang teman yang
aku kenal saat test voice di radio. Dia lolos, hanya saja aku baru tahu dari
dia kalau ternyata di sana tidak boleh memakai jilbab. Di luar boleh memakai
jilbab. Tapi saat siaran tidak boleh, begitu katanya. Entah apa alasannya, yang
pasti aku sangat bersyukur. Aku jadi gak galau lagi gagal jadi penyiar di sana.
Aku bangkit,
tersenyum. Namun tak lama aku meringis, lapar. Tanpa menunggu lama aku kembali
meluncur dengan si “bebek”. Dalam perjalanan aku terus mengucap syukur. Semakin
bersyukur ketika kuingat bahwa temanku yang bekerja di distributor pun merasa
tidak nyaman karena atasannya non muslim. Dia sulit ketika hendak sholat.
Sempat berfikir
jika Tuhan mungkin marah kepadaku. Kenapa aku tidak semudah teman-temanku saat
mencari kerja. Ternyata selama ini Tuhan tersenyum saat aku “mengemis” di
hadapan-Nya. Terimakasih Allah, kuyakin Engkau akan memberi yang terbaik
untukku di waktu yang tepat. Mudah-mudahan tak lama lagi, aamiin…
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
mantap mbk liana. aku tau rasanya jd pengangguran *ehh curcol
ReplyDeleteAamiin alllahumma Aamiin.. semoga diberikan yg terbaik dari_Nya mbak
ReplyDelete