Cuaca
pagi ini sebenarnya cerah banget. Cocok buat jogging keliling komplek. Menikmati
udara pagi yang sehat. Tapi kayaknya itu gak berlaku buat orang yang lagi patah
hati. Yap ! broken heart katanya sih. Prihatin sekaligus sebel sebenarnya.
:Prihatin karena orang yang lagi patah hati adalah adikku sendiri. Dan sebel karena
udah hampir setengah tahun masa iya gak move on juga sih !
“Patah hati sih patah hati, tapi gak berarti harus ngurung
diri terus juga kali,
“Mau sampai kapan, dek?” ucapku pada Wanti.
“Gak tau, mbak.” Jawab Wanti singkat.
“Udah deh, mending kamu ikut mbak jogging yuk,” ajakku.
Wanti menggeleng, aku menelan ludah. Ya Tuhan…menakutkan
sekali efek samping patah hati. Bisa membuat orang kehilangan mood sampai hampir
enam bulan. Bisa menurunkan nafsu makan, sedih berkepanjangan. Mohon jauhkan
aku dari bahaya patah hati. Aku berdo’a dalam hati.
***
“Dek, coba lihat mbak bawa apa buat kamu,” aku sumringah.
“Apa?” jawab Wanti tanpa ekspresi.
“Kebab duren kesukaan kamu,” aku meringis sambil menyodorkan
bungkusan berisi kebab duren favorit adikku itu. Wanti tersenyum, kecut.
“Dek, kamu mau sampai kapan kayak gini?” Ini pertanyaan
serupa yang entah sudah berapa kali aku tanyakan kepadanya.
“Mbak, kenapa Tuhan membiarkan aku jatuh cinta pada orang
yang salah? Aku sayang sama Deni. Aku sudah berharap akan menikah dengan dia.
Tapi ternyata orang yang aku sayang malah mengecewakan aku. Membiarkan aku
sendiri bersama semua kenangan bersamanya.” Wanti mulai membuka suara, masih
tanpa ekspresi. Tampaknya ada luka yang dalam di hatinya.
Pertanyan yang sulit untuk kujawab. Tuhan…bagaimana mungkin
aku berbicara tentang cinta, menasehati orang yang sedang patah hati. Cinta? Patah
hati? Makanan macam apa itu? Aku sungguh tak mengerti. Aku memang kuper, tidak
seperti Wanti. Sejak SMP aku membatasi diri bergaul dengan lawan jenis. Aku tidak
terlalu suka berbaur dengan mereka, kecuali hal-hal mendesak saja. Aku sendiri
tak tahu alasannya, mungkin karena aku minder dengan wajahku yang pas-pasan.
“Kamu yakin mau dengerin nasehat mbak, dek? Mbak gak pernah
pacaran loh. Tapi kalau suka-suka dikit sih yaa pernah.” Aku menggaruk kepalaku
yang tidak gatal.
“Tuhan mengijinkan kamu jatuh cinta pasti ada alasannya,
dek. Meskipun seharusnya kamu mampu menahan rasa itu. Rasa yang tidak
seharusnya kau pupuk untuk orang yang belum halal. Suatu hari kamu akan
bersyukur, karena kamu akan Tuhan pertemukan dengan orang yang lebih baik .
“Kamu tahu kenapa kamu kecewa? Karena kamu sudah menduakan
Allah. Kamu sudah berharap kepada selain Allah. Allah itu sangat pencemburu. Jika
saat ini Allah menjauhkanmu dengan Deni, itu berarti Allah sayang sama kamu.
Allah pengin kamu kembali hanya berharap kepada-Nya.” Aku menarik nafas pelan.
“Allah tidak pernah melarang hamba-Nya jatuh cinta, tapi
cinta itu fitrah dan islam sudah mengaturnya. Bagaimana dua insan yang saling
jatuh cinta, jalan keluarnya hanya satu. Menikah, bukan pacaran.
“Mbak tahu kamu gak akan pernah bisa lupa semua tentang
Deni. Tapi kalau kamu benar-benar ikhlas menerima ketentuan-Nya, insya Allah
hari-hari kamu ke depan akan lebih baik.” Aku menggenggam erat tangan Wanti.
Adik perempuanku satu-satunya itu menangis. Butir demi
butir air mata membasahi pipinya. Dalam hati aku terus berdo’a semoga esok dia akan
mengerti bahwa lelaki yang sungguh menyayanginya hanya akan membuktikan cinta
lewat pernikahan.
#OneDayOnePost
#FebruariMembara
#5 Feb
#5 Feb
Siap jatuh cinta siap patah hati,...hehehe
ReplyDeleteiya mba hhe,begitu sepertinya
ReplyDelete